CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 14 Juli 2015

Sosok yang dirindukan

Ramadhan tahun ini sungguh berbeda dengan ramadhan sebelumnya.

Kau tahu, lebaran sudah didepan mata dan sebentar lagi menyapa. Aku benar-benar merindukan sosoknya, sosok yang begitu menyayangi anaknya dan rela berkorban demi putri tercinta.

 

Ah Bapak, sungguh tak sanggup ku tahan air mata ini sekuat apapun ku mencobanya

padahal aku sudah berjanji aku tak akan menangis lagi, aku tak ingin menjadi anak

yang lemah tapi apa daya inilah aku, putrimu.


Bapak, kau tahu betapa aku dan mama begitu merindukanmu, sering ku mendengar isak

dari balik pintu, aku tahu bahwa beliau pun juga sama sepertiku, menangis dalam sepi

tak ingin ada yang tahu dan aku pun pura-pura tak mendengarnya.

 

Yah kau tentu tahu sifatku sejak dulu, belaga cuek meski sebenarnya peduli tak ingin

orang tahu bahwa aku menyayangi orang-orang disekelilingku, begitulah caraku mencintai.

Tahun-tahun pertama mungkin menjadi masa yang sulit sejak kepergianmu,

aku sedang beradaptasi.

 

Aneh memang jika pulang kerumah, tak ada suara khas itu, suaramu yang menasehatiku

bahkan kadang mengomel karna kelakuan ajaibku, suara kau yang mensenandungkan

kalam Nya.Tapi pak aku merasa Allah sangat menyayangiku, Allah tahu aku bukan orang yang

mudah untuk kehilangan.

 

Aku telah dilatih beberapa tahun ini, dimulai sejak aku memutuskan untuk melanjutkan

sekolah menengah atas ke Samarinda tempat yang jauh darimu dan mama itu supaya

aku belajar agar tak selalu menjadi anak yang manja.

 

Kau masuk rumah sakit terbaring lemah lebih dari 15 hari, itu pun Allah sedang melatihku,

latihan terakhirku mungkin.

Aku mengingat malam sebelum kepergianmu, pada malam itu aku mendapat giliran

menjagamu bergantian dengan mama.

 

Sungguh malam itu aku merasa kesedihan yang tak bisa ku ungkapkan,

perasaan takut akan kehilangan begitu menghantuiku.

Ku genggam tanganmu yang saat itu sangat panas sekali, begitu kaku dan

tak ada respon sama sekali. Pada saat itu entah kenapa aku teringat perkataan seorang teman,

ia berkata "is, jika terjadi apa-apa sama bapak, sudah ikhlaskah ?", aku ingat saat itu

aku menjawab dengan gelengan kepala menandakan bahwa aku tak siap.

 

Tapi malam itu aku benar-benar mencoba berdamai dengan takdir,

berkompromi dengan hatiku sendiri. "iis cuma ingin yang terbaik buat bapak"

hanya itu lirihku.

 

Benar saja esok harinya, Senin 23 Februari 2015, Allah pilihkan yang terbaik menurut Nya.

Yah, kepulanganmu kepada Nya, aku pun masih ingat pada saat itu aku ditelpon oleh mama,

mama bilang aku harus kerumah sakit tapi beliau tidak memberi tahu apa yang sebenarnya

terjadi karna mama tahu aku berkendara dan tidak bisa dibuat panik.

 

Entah kenapa sesampainya dirumah sakit sepanjangan koridor handphoneku

tak berhenti berdering dan tak satupun ku angkat, aku hanya mempercepat langkahku

dengan lutut gemetar entah kenapa firasatku mengatakan sesuatu dan benar saja

sesampai dipintu ruang bapak dirawat kulihat sudah banyak yang datang,

orang-orang yang kukenal.

 

Aku terduduk lemas, air mata tak bisa ku bendung, berulang kali ku sebut namamu

siapa tahu kau hanya tertidur sebentar, bukankah biasanya aku yang membangunkanmu

kau pasti bangun mendengar suara putrimu.

 

Tapi seperti itulah jalan Nya, kau sudah pergi untuk selama-lamanya.

Oh, bapak ... Jasadmu memang sudah pergi tetapi kau akan tetap dihati sampai kapanpun

dan aku akan memenuhi janjiku, janji yang kuucap semasa sehatmu, ketika kau koma

bahkan setelah kepergianmu.

 

Aku berjanji akan memenuhinya dengan segala daya dan upaya yang kumiliki atas izin Nya,

in syaa Allah.

Semoga Allah ampuni segala dosamu, dilapangkan kuburmu dan diterangi

dengan cahaya kuburmu dan semoga kita sekeluarga kelak bisa berkumpul di Surga Nya.

Aamiin ya rabb.

Sabtu, 25 April 2015

HARI INI

Hari ini tumben dirumah, biasanya jam segini sudah ngebolang dan ngukur jalan. Yah maklum, aktivis yang bukan aktivis tapi sok sibuk, bahasa kerennya mahasiswa 77 yang berangkat jam 7 pagi pulang jam 7 malam :D, beginilah aktivitasku sekarang dan aku menikmati dan mensyukuri itu.
Balik lagi ke kalimat diatas "tumben dirumah", karna tumben dirumah ini maka ada kesempatan langka (lebai amat -_-) yang bisa dilakukan, yaitu ngeberesin kamar terutama buku-buku yang beterbangan uppsss salah, maksudnya buku-buku yang berserakan :D.
 
Tiba-tiba mataku menangkap selembar kertas yang menempel pada dinding kamar, iya kertas itu, kertas yang ku tulis beberapa tahun lalu, kertas yang berisi impian dan planning hidup beberapa tahun mendatang. Salah satu dari isi kertas itu tentunya adalah lulus kuliah, pengennya sih dan harapannya bisa lulus 2016 alias tahun depan. Aamiin ya rabb. Jika Allah berkenan maunya langsung bisa lanjutin S2 ke UIN MALANG (*mata berkaca-kaca). Tapi apa daya sepertinya ibunda punya keinginan lain, yah 5 huruf sakral itu N I K A H -___-, mama sudah mewanti-wanti agar aku mulai memikirkan hal itu, beliau berpesan "lulus kuliah nikah dulu, kalo mau kerja atau lanjut kuliah lagi ngga apa-apa yang penting nikah dulu". Maklum saja dikeluarga menjadi putri satu-satunya, wajar saja.

Berbicara mengenai PERNIKAHAN itu bagi aku seperti seperti seperti apa ya ? susah dijelasinnya. Kadang heran melihat orang lain ataupun teman-teman, sepertinya sederhana dan mudah sekali memahami sebuah pernikahan lha aku ? nggak bisa sesederhana itu. Bagiku Peran dan tanggung jawab istri apalagi ibu itu berat perlu ilmu, kan nggak mungkin mendidik anak tanpa ilmu apa jadinya generasi Islam selanjutnya ? Makanya mumpung masih sendiri gini, mumpung masih muda, mumpung belum dijemput, perbanyak mencari dan mengkaji ilmu buat bekal nanti.
Nikah itu nggak melulu tentang "saya cinta sama kamu, kamu cinta sama saya, ya udah kita nikah aja", tapi gimana caranya dua insan ini dapat mensinergikan potensi yang ada pada keduanya untuk membina rumah tangga yang SAMARA, rumah tangga Islami dengan merujuk pada keluarga nabi,ada Visi dan Misi yang jelas didalamnya, ada tujuan yang hendak dicapai, bersama membangun peradabab dunia, bersama saling berpegangan erat menuju Jannah Nya.
 
Nikah itu juga perlu persiapan jasmani dan rohani, tak jarang banyak pasangan muda mudi yang menikah di usia kelewat belia alias dibawah umur, sama-sama belum bisa mengontrol emosi akhirnya yang terjadi malah perceraian yang dijadikan solusi. Nikah-Cerai-Nikah-Cerai seolah menjadi hal lumrah, padahal perceraian itu dibenci oleh Allah meskipun boleh ketika dengan bercerai itu dapat membawa kebaikan pada keduanya ketimbang bersama akan sama-sama menyakiti. Belum lagi beberapa kasus KDRT, pasangan yang awalnya baik pada masa pacaran katanya (makanya nggak usah pacaran) setelah menikah jadi orang yang ringan tangan, pukul sana sini, tendang sana sini, emangnya main sepak bola apa ?. Satu lagi khusus wanita, mungkin ia siap jadi istri tapi terkadang ada yang belum siap menjadi ibu, yang awalnya bersifat lemah lembut tiba-tiba menjadi kasar setelah memiliki anak, dan parahnya itu lagi-lagi anak yang menjadi sasaran empuk. Aku tidak ingin seperti itu, aku tidak ingin menjadi ibu singa itu mengerikan  -__-, aku ingin seperti mama yang selalu lemah lembut, tidak pernah mengumpat atau menyumpah anaknya dengan kata-kata kasar, paling parah mengomel itupun tetap dengan kata-kata yang baik itulah kenapa kuping ku sangat sensitif dengan orang yang suka berteriak atau berkata kasar, lupakah bahwa setiap ucapan itu doa ?.

Lho, ini tulisan kok jadi bahas masalah nikah ya ? jangan salah paham ya, ini bukan berarti aku pengen cepat-cepat nikah, menyegerakan bukan berarti terburu-burukan :). Masih banyak yang perlu dipersiapkan dan diperbaiki agar kelak bisa jadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anak. Hafalan ditambah dulu, ngajinya dibenerin dulu, belajar masak lagi itu perlu, hehehe.
Apapun yang terjadi nanti, ikut skenarionya aja lah ya. Manusia boleh berencana, tetapi terlaksana atau tidaknya Allah yang punya cara. Saling mendoakan saja dalam sujudnya masing-masing. Aku percaya bahwa jodoh adalah cerminan diri, mau tau jodohnya sedang apa ? lihat diri kita, apa yang sedang kita perbuat?
cukup sekian dari Isna.



26 April 2015
^di iringi sinar mentari yang mulai muncul dengan malu-malu :)
CAHAYA KEDUA

Pengunjung

Website counter