Kali ini aku pengen posting tentang kisah yang tak akan ku lupakan, yah ini adalah kisah tentang kegagalanku masuk ke Universitas yang ku impikan ;(.
Semua bermula ketika aku dan 13 orang teman dikelas mendapat rekomendasi dari KEPSEK untuk mengikuti SPMB melalui jalur undangan. Kau tahu apa yang ku rasakan saat itu, bahagia sekali setidaknya langkah pertama berjalan mulus, rasanya tak sia-sia usahaku selama 3 tahun belajar dan mempertahankan nilai untuk selalu masuk 10 besar. Aku memilih jalur beasiswa dengan 1 Universitas dan dua jurusan yang ku pilih dan ada juga sebagian temanku yang memilih jalur PBUD. Kisah pun dimulai, kami sibuk kesana-kemari, mengurus segala hal, bolak-balik antara kelas dan ruang guru, turun-naik tangga Lt. 1-3 karena letak kelasku yang berada paling atas, dan berbagai rintangan yang menguras pikiran, tenaga dan waktu.
Singkat cerita, tibalah saat pengumuman, kau tahu apa hasilnya? 13 orang dikelasku yang mengikuti jalur undangan, hanya 1 orang yang berhasil "lolos" melalui jalur PBUD. Saat itulah hatiku sakit sekali, aku tidak mau munafik, bohong jika aku berkata aku baik-baik saja, ini adalah pertama kalinya aku mengalami kegagalan dalam pendidikanku. Aku menyesal kenapa memilih jalur beasiswa, yang ku tahu bahwa sainganku lebih berat dari seluruh Indonesia dan quotanya pun hanya sedikit. Aku ceroboh, aku bodoh, :'(.
Kenapa aku tak memilih jalur satunya, PBUD? Aku yakin jika aku memilih itu pasti aku bisa "lolos", temanku saja yang nilainya dibawahku(*maaf, bukan bermaksud sombong), ia berhasil, ia bisa.
Akhirnya ku putuskan untuk mencoba sekali lagi mengikuti SPMB jalur tertulis, aku kira aku tidak terdaftar lagi sebagai penerima beasiswa, nyatanya aku masih terdaftar. Failed again! :(, aku benar-benar kecewa luar biasa, kenapa aku bisa seceroboh ini, harusnya aku bertanya kepada yang lebih mengerti karena keegoisan dan kesoktahuanku dengan alasan aku ingin belajar mandiri aku mengurus semuanya sendiri, aku tahu semua marah padaku, terutama kedua orang tua mereka pasti sangat kecewa mungkin hingga sekarang. I'm sorry Mom, Dad.
Sebenarnya sebelum pengunguman jalur tertulis aku memang merasakan firasat yang tidak baik. Sebelumnya aku bermimpi memakai almamater berwarna 'biru' bukan 'kuning'. Akhirnya setelah mimpi tersebut, aku putuskan tuk balik ke Samarinda, diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga aku mendaftar di kampus tersebut dengan dibantu oleh seorang teman. Aku bersyukur karena aku belum terlambat, meskipun jalur yang ku pilih adalah jalur yang ke II, it's ok no problem.
Firasatku tepat, aku gagal, akhirnya aku menunggu pengumuman dikampus yang aku mendaftar secara diam-diam. Alhamdulillah, kali ini aku berhasil :), dan inilah kampus yang menjadi tempatku belajar sekarang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Samarinda. Hmmm... memang benar "apa yang menurut kita baik, belum tentu bagi Allah itu baik untuk kita dan apa yang menurut kita tidak baik, bagi Allah itu baik untuk kita". Mungkin juga ini adalah jawaban dari doaku, aku selalu berdoa " Ya Allah, aku ingin menuntut ilmu, dimana itu bisa membuatku semakin mengenalMU, Nabiku, Agamaku, dan yang pasti semakin membuatku dekat padaMU, aku ingin memperluas pengetahuanku tentang agama karena ku menyadari ilmuku masih sanagat dangkal dan aku ingin menjadi anak yang sholehah untuk kedua orangtuaku".
Bismillah, semoga ini adalah jawaban dari segala doa yang kupanjatkan, selalu berharap Dia membimbingku saat langkah kehilangan arah. Untukmu saudara/saudari seiman, seperjuangan semoga kisah yang singkat ini bisa bermanfaat dan maaf jika tulisannya masih jauh seperti yang diharapkan karena aku masih dalam proses belajar, belajar, dan belajar. Niatkan segala sesuatu karenaNya insya Allah kita tak akan pernah kecewa, aku sudah merasakan teman jika niat bukan karenaNya, sakitlah yang didapat. Astagfirullah. Saat menulis kisah ini seperti membuka luka lama, tak terasa tetes air mata kembali mengalir, betapa kerdilnya diri ini, tak pantas berlaku sombong dengan kecerdasan yang diberikannya hingga memandang remeh orang lain. Allah bisa saja menghilangkan kecerdasan, itu mudah bagiNya. 1 lagi kata mutiara yang ku ingat "Man Jadda Wajada" Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Jadi, bukan siapa yang pintar, tapi ia yang bersungguh-sungguh, tapi itu saja tidak cukup ada 1 kalimat mutiara lagi "Man Shabara Dzafira" Siapa yang bersabar akan beruntung, semuanya saling berkaitan dalam kesungguhan harus ada kesabaran dalam mencapainya. Betulkan? :). Allah tidak melihat hasil, tapi Allah melihat proses dalam mencapai hasil tersebut, aku melupakan ini ketika aku terjatuh kemarin dan aku terlalu terlena dengan buaian setan hingga berburuk sangka padaNya. Astagfirullah. Gagal karena tak mendapatkan Universitas yang diimpikan bukan berarti bumi runtuhkan? Bukankah semua bisa ditata dari awal asal da kegigihan disitu ada jalan "Man Sara Ala Darbi Washala" Siapa yang menapaki jalanNya akan sampai ke tujuan. :)
Salam Ukhuwah
Akhiru kalam,
Wassalamu'alaikum...